Kamis, 28 Juni 2012

MENANGKAL BAHAYA AIDS DALAM PERGAULAN REMAJA



A. Pengertian AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Celakanya, apabila virus HIV sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, secara pelan-pelan merusak sistem kekebalan tubuhnya sehingga serangan penyakit lain, yang biasanya tidak berbahaya, akan dapat menyebabkan kematian. Biasanya orang yang kemasukan virus HIV tidak diketahui oleh dirinya sendiri maupun orang lain, bahwa dirinya mengidap virus HIV, karena dia tampak sehat dan merasa dirinya sehat. Dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahnya atau obat untuk penyembuhannya.
B. Perkembangan Kasus HIV/AIDS
Untuk pertama kalinya penderita AIDS diketahui pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan penyakit ini kemudian berkembang luas di benua Afrika dan negara barat seperti Eropa dan Amerika Latin hingga Indonesia tahun 1987. Dan pada tahun 1996 diketahui penderita HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 438 orang. Bahkan dalam laporan UNAIDS (Badan PBB untuk program AIDS yang dibentuk tahun 1996), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 saja, diperkirakan 21 juta orang penduduk dunia meninggal karena AIDS, termasuk 17 juta di wilayah sub-Sahara Afrika. Dilaporkan juga bahwa 36 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dan setidaknya 26 juta orang adalah mereka yang hidup di Afrika.
Wabah AIDS global terus merebak, dan UNAIDS kembali mengeluarkan perkiraan bahwa sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS. Tiga juta orang meninggal pada 2003 akibat AIDS, sama dengan jumlah penumpang pesawat jumbo jet Boeing 747 yang kecelakaan setiap 90 menit. Lima juta kasus baru HIV/AIDS tercatat hanya pada tahun ini, kebanyakan di sub-Sahara Afrika, meskipun AIDS dengan cepat menjadi masalah besar di China, India dan Rusia.
Lebih dari 260 ribu orang Rusia tertular virus HIV, kata kantor berita Interfax yang mengutip catatan kantor PBB di Moskow. Sebanyak 70% dari seluruh orang Rusia yang positif tertular HIV berusia 15-29 tahun. Untuk kasus di Rusia ini, disebutkan bahwa hanya 20 per 100 ribu warga Rusia positif tertular HIV pada awal tahun 2000 dan rata-rata itu meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 180 per 100 ribu pada Nopember 2003, kata Vadim Pokrovsky, kepala pusat federal untuk pemberantasan HIV/AIDS.
Indonesia termasuk negara dalam keadaan bahaya HIV/AIDS. Hal itu disebabkan laju kenaikan kasus baru penyakit mematikan itu meningkat tajam dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Menkes mengungkapkan, data HIV/AIDS di Indonesia per 30 September 2003 adalah sebanyak 3.924 kasus, dengan perincian 2.685 kasus infeksi HIV dan 1.239 kasus AIDS. Data itu barulah yang terdeteksi. Ibaratnya baru merupakan puncak dari gunung es, sementara gunung esnya sendiri masih banyak. Kalau keseluruhan diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS bisa mencapai 80 ribu hingga 120 ribu.
Di samping itu, diperkirakan ada peningkatan 100 kasus baru HIV/AIDS per bulan, terutama di wilayah DKI Jakarta. Peningkatan kasus di Jakarta ini umumnya disebabkan penggunaan jarum suntik obat-obatan terlarang. Menurut Menkes, meski dilihat dari jumlah kasusnya, Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara lain di dunia, tetapi angka percepatannya termasuk tinggi. Di dunia, populasi penderita HIV/AIDS saat ini diperkirakan sudah mencapai jumlah 41 juta orang. Oleh karena percepatan yang tinggi itulah, Indonesia masuk dalam kategori bahaya.
Tingkat bahaya tersebut disebabkan dalam kurun waktu paling lambat 10 tahun, kasus HIV akan menjadi positif AIDS. Artinya paling lama 10 tahun mendatang atau mungkin lebih cepat, jumlah kasus positif AIDS di Indonesia bisa mencapai 120 ribu. Ditambahkan, wilayah sebaran HIV/AIDS di Indonesia paling banyak meliputi DKI Jakarta, Bali, Bandung, Batam, Merauke, dan Sorong.
C. Cara Penularan AIDS
Cairan tubuh penderita AIDS yang berperan dalam penularan adalah darah, sperma, cairan vagina, dan cairan tubuh lainnya yang tercemar HIV, misalnya air ludah. Cara penularan AIDS terutama melalui sebagai berikut:
1. Hubungan seksual, baik dengan sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang mengidap virus HIV.
2. Tukar menukar jarum suntik, akupunktur, tato, dan alat cukur yang tercemar virus HIV.
3. Transfusi darah yang tercemar virus HIV.
4. Dari ibu hamil yang kemasukan virus HIV kepada bayi yang dikandungnya.
5. Pertolongan persalinan yang tercemar virus HIV.
AIDS tidak menular karena sebagai berikut:
1. Berjabat tangan, bersentuhan dengan badan, pakaian, dan barang-barang penderita HIV/AIDS
2. Gigitan serangga atau nyamuk
3. Bercium pipi
4. Makanan dan minuman
5. Hidup serumah dengan penderita, asalkan tidak melakukan hubungan seksual.
6. Berenang bersama-sama dalam satu kolam renang
7. Penderita bersin dan batuk di dekat kita
8. Menggunakan WC yang sama dengan penderita HIV/AIDS
9. Satu kantor atau sekolah, dan lain-lain.
10. Namun demikian tetap perlu diwaspadai apabila ada kulit kita yang terluka dapat menjadi pintu masuknya virus HIV.
D. Cara Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS
Penanggulangan penyakit baru khususnya HIV/AIDS, hendaknya memperhatikan empat dimensi, yaitu dimensi biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Oleh karena itu pendidikan moral, etika, agama sudah harus ditanamkan sejak dini. Begitu pula penanggulangannya ditanamkan sejak dini. Begitu pula penanggulangannya dilakukan secara kuratif dan preventif harus diupayakan dakwah secara kaffah dan akurat serta intensif. Sosialisasi HIV/AIDS di kalangan masyarakat terutama di kalangan generasi muda perlu terus dilakukan, karena dari sejumlah data penderita HIV/AIDS baik dari skala dunia, nasional maupun lokal terlihat kebanyakan penderita HIV/AIDS adalah orang-orang yang rentan usia produktif yakni antara 15 sampai 24 tahun.
Diperkirakan penyebaran HIV/AIDS di kalangan usia produktif akan terus meningkat mengingat pada saat yang sama gaya pergaulan sebagian remaja sudah sangat mengkhawatirkan. Aktivitas pergaulan remaja cenderung sudah mengesampingkan nilai-nilai ketimuran yang menjunjung tinggi kesopanan, bahkan mengenyampingkan nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi dasar kehidupan manusia.
Faktanya kondomisasi tidak terbukti mampu mencegah penyebaran HIV/AIDS. Di saat budaya kebebasan seks tumbuh subur, ketaqwaan yang kian tipis (bahkan mungkin tidak ada), kultur yang kian individualistis, kontrol masyarakat semakin lemah, kemiskinan yang kian menghimpit masyarakat dan maraknya industri prostitusi, kondomisasi justru membuat masyarakat semakin berani melakukan perzinahan. Tumbuh rasa aman semu dengan kampanye penggunaan kondom. Mengapa semu? Karena alih-alih sebagai pencegah, kondom justru mempercepat penyebaran HIV/AIDS. Hal ini terbukti adanya peningkatan laju infeksi sehubungan dengan penggunaan kondom 13-27% lebih.
Bagaimana bisa dikatakan kondomisasi sebagai cara aman untuk mencegah penularan HIV, sementara diameter virus jauh lebih kecil daripada pori-pori kondom. Lebar pori-pori kondom 1/60 mk. Saat meregang pori-porinya melebar 10x. Sementara Virus HIV ukurannya 1/250 mk. Saat normal pori-pori kondom bisa dimasuki 4 virus HIV dan saat regang bisa dimasuki 40 virus HIV. Ini hanya satu pori-pori padahal satu kondom terdapat banyak pori-pori dan tentu saja pada saat dipakai pasti regang.
Di AS, kampanye kondomisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1982 bahkan terbukti menjadi bumerang. Hal ini dikutip oleh Hawari, D (2006) dari pernyataan H. Jaffe (1995), dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (USCDC:United State Center of Diseases Control). Evaluasi yang dilakukan pada tahun 1995 amat mengejutkan, karena ternyata kematian akibat penyakit AIDS menjadi peringkat no 1 di AS, bukan lagi penyakit jantung dan kanker. Selain itu, kondom memang dirancang hanya untuk mencegah kehamilan, itupun dengan tingkat kegagalan mencapai 20%.
Jadi jelaslah bahwa kondomisasi sama saja dengan menfasilitasi seks bebas. Tidak heran setelah program kondomisasi dijalankan kasus HIV/AIDS justru semakin meningkat pesat. Dengan demikian, kondomisasi sama saja dengan penyebaran seks bebas dan penghancuran terselubung umat manusia.
Sejak tahun 1996-2004 memang tidak ada kemajuan dalam penggunaan kondom sebagai alat pencegah HIV dan AIDS, serta IMS (Infeksi Menular Seksual). Apapun cara yang digunakan pemerintah maupun masyarakat untuk memerangi HIV dan AIDS, akan terpulang kepada diri pribadi seseorang. Oleh karena itu bagaimanapun cara yang digunakan oleh pemerintah untuk memerangi HIV AIIDS, satu hal yang perlu dicamkan, bahwa penyakit ini tidak akan terjadi jika akhlak manusia terjaga.
Dengan demikian pendidikan moral sejak dini tidak boleh diabaikan. Sungguh membuat kita waspada, bila benar wabah ini ada di depan mata sehingga segala langkah praktis, cepat, dan tepat, seperti harm reduction sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran yang meluas dari apa yang sudah terlanjur terjadi, kendatipun cara pencegahan maupun penularannya sudah banyak disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Tetapi sudah seharusnya kita tidak melupakan bahwa akar permasalahan dari timbulnya penyakit ini karena rapuhnya moral, sehingga tercermin dalam pola sikap dan perilaku seseorang. Disinilah tugas sebagai seorang perempuan, seorang ibu mengharuskan untuk melindungi dan menanamkan budi pekerti dan akhlak yang kuat pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa sebelum mereka mengenal dunia luas. Bukankah perempuan adalah tiang negara.
Berikutnya, daripada membuang uang jutaan dolar untuk riset pengobatan AIDS atau untuk mengkampanyekan kondom, akan jauh lebih berhasil bila pergaulan bebas dilarang sama sekali. Termasuk pemerintah jangan sungkan-sungkan menutup segala macam praktik-praktik pelacuran. Dan jangan ragu-ragu pula mengganjar para pelaku pergaulan bebas dengan sanksi yang setimpal. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi, kobarkan perang semesta melawan AIDS.



Tidak ada komentar: