Jumat, 29 Juni 2012

Indahnya Sisi Barat Indonesiaku

Assalamu’alaikum pembaca Indonesia,



Lagi asyik2 browsing di Internet, saya liat ada lomba blog nih temanya “Paling Indonesia”, saya terdiam sejenak sambil berfikir untuk mencari ide, kebetulan sekali saya habis melakukan perjalanan yang amat meyenangkan dan tak terlupakan, yang mana saya beserta tman2 sekelas bersama dosen mengadakan proses pembelajar diluar daerah dalam mata kuliah “English Communication Skill”, disini kami diberi tugas untuk meliput segala yg berkaitan dengan daerah yang kami kunjungi, tanpa panjang lebar silahkan simak saya bercerita. :D
Tepat pada tanggal 10 Juni 2012 yang lalu saya beserta rombongan menunaikan niat baik yang telah kami rencanakan dengan matang untuk melakukan perjalanan ke Butittinggi, kami memulainya pukul 8 malam dari Pekanbaru, Riau. Mendengar kata “Bukittinggi” siapa yg gak tau dengan daerah yang terkenal dengan landmarknya “Jam Gadang” itu. Ini merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi daerah tersebut, yang sebelumnya saya hanya lewat saja. Detik demi detik, menit demi menit, jam pun berganti, diperjalanan kami dimanjakan dengan pemandangan yang amat luar biasanya, keindahan alamnya sangat menyejukkan jiwa, dikiri kanan kita akan dapat melihat pepohonan yang amat banyak, ditambah lagi dengan bukit-bukit yang tinggi, itu merupakan hal yang amat langka ditemukan dikota saya. Perjalanan ke Bukittinggi melalui jalur yang amat bahaya, jadi hanya supir yang memiliki pengalaman dan keahlianlah yang dapat melalui jalur tersebut, kita akan mengelilingi bukit-bukit yang tinggi untuk mencapai tujuan, tak jarang para pengendara masuk jurang dikarnakan kurang menguasai medan.

Photo diatas ialah kelok sembilan yang dilihat dari atas.

Daerah yang paling rawan terjadinya kecelakaan ialah kelok sembilan, bagi yang pernah melawati jalur Riau-Sumbar siapa yang tak tau dengan namanya “Kelok Sembilan”, setiap kendaraan yang menempuh rute Riau – Sumbar, pasti akan melewati Kelok Sembilan. Jalur ini merupakan yang paling dekat untuk menghubungkan kedua kota yang berjarak lebih kurang 350 km ini. Kelok sembilan merupakan rute yang paling ditakuti bagi pegendara, tetapi disamping terkenal dengan menggerikannya, rute ini menawarkan pemandang yang amat luar biasa, dari atas jalan kta bsa melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata.
Kelok sembilan selain berfungsi sebagai ruas jalan penghubung juga menjadi objek wisata yang cukup menarik, kelok Sembilan menyimpan pesona tersendiri. Letaknya yang di cela-cela bukit yang masih perawan membuat suasana di sekitarnya menjadi sangat asri dan terasa sejuk. Letaknya yang berada pada ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut membuat udaranya terasa dingin. Jika pada malam hari suhu udara disini bisa mencapai 17 derajat selsius. Sebuah suhu yang tergolong sangat dingin bagi bangsa yang tinggal di daerah tropis.
Untuk memudahkan para pengendara, pemprov Sumbar telah membuat jembatan layang di kelok sembilan sejak tahun 2000 yang lalu tapi sayang hingga saat ini belum selesai.

Photo diatas ialah jembatan layang kelok sembilan.

Pada jam 1 malam kami singgah di tmpat peristirahatan di Lubuak Bangku, disinilah awal yang indah saya rasakan selama diperjalanan, selama di Pekanbaru saya tdak pernah merasakan kedinginanan tetapi sesampainya disini saya merasakan amat sangat kediginan, padahal saya sudah memakai jaket, tetapi dingin tersebut amatlah sejuk, karna ditempat persingahan ini berada ditengah2 bukit, jadi wajar nuansa alamnya terasa.

Photo diatas saat singgah ditempat pengistirahatan di Lubuak Bangku, sedang menikmati makanan yang disediakan.

Di peristirahatan, saya menyempatkan diri untuk menonton Piala Eropa sejenak sambil menikmati nasi goreng yang lezat, kemudian saya tidur. Pada subuh harinya saya sudah sangat kedinginan, dan tidak kalah serunya saat saya ambil air wudhu’, airnya pun amat2 dingin yang tidak pernah saya rasakan air sedingin itu di Pekanbaru, udaranya yang dingin serta sejuk dan air dingin pun memulai pertualangan saya di negeri minang ini.

Photo diatas saat berada di depan tempat peristirahatan di Lubuak Bangku.

Perjalanan pun kami lanjutkan ke suatu taman di Bukittinggi yang bernama “Panorama”, ketika kita mendengar kata panorama sejenak kta pasti berfikir itu adalah suatu tempat yang indah, yang tidak jauh2 dengan pemandangan, betul bukan?
Yapzz, tepat sekali. :D


Photo diatas saat merupakan pemandangan yang dapat kita lihat dari Taman Panorama.

Panorama yang kita bayangkan memang suatu pemandangan yang luar biasa, yang dapat memanjakan mata kita, selain itu tiupan angin sepoi2 tak henti2nya dapat kita rasakan di sini. Di dalam Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut dengan Lubang Japang.
Berbeda dengan Gua Jepang di Taman Hutan Raya Ir H Juanda Bandung yang mendatar, Lobang Jepang di Bukittinggi ini masuk ke bawah, menusuk perut bumi, yang dasarnya dicapai dengan meniti 132 anak tangga. Penerangan dan sirkulasi udara di dalam gua cukup baik, sehingga sangat memudahkan bagi para pengunjung, lubang jepang tersebut dibuat dengan kedalaman mencapai 40 meter di bawah permukaan tanah.

Selain pemandangannya yang indah, taman ini memiliki ciri khas yang sangat unik yakni didalam taman ini terdapat monyet2 yang mencari makan, monyet2 tersebut merupakan hiburan tersendiri bagi pengunjung, tetapi jagan salahkan monyetnya yah, soalnya apa pun barang bawaan anda bisa diculik oleh monyet tersebut jikalau kita tidak berhati2, maklumlah diakan monyet. :D
Jadi para pengunjung harus berhati2 terhadap monyet tersebut, walaupun demikian, monyet tersebut merupakan daya tarik tinggi untuk mengikat pengunjung.


Photo diatas ialah keberhasialan sang monyet merampas benda milik pengujung.

Setelah selesai memuaskan diri di taman panorama, kami bergegas menuju kebun binatang yang mana jaraknya tak jauh dari taman panorama, didalam perjalanan saya merasakan hal yang berbeda, bukittinggi memiliki ciri khas yang menarik di mana jalanan yang kami tempuh hingga sampai menuju kebun binatang sangat unik dimana kami harus menempuh jalan yang mendaki, bagaikan mendaki gunung, diperkirakan sudut yang kami daki mencapai 40 derajat.

Photo diatas ialah perjuangan untuk mencapai kebun binatang.

Sesampainya di kebun binatang, kami melihat berbagai satwa baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi, hal yang menarik untuk dicermati ialah tata letak penempatan binatangnya sangat bagus, sesuai pada tempatnya. Dikebun binatang ini kami tidak berlama2 karna kami harus berangkat ke Pekanbaru dengan segera.

Photo diatas merupakan salah satu tempat di Kebun Binatang di Bukittinggi.

Setelah mengunjungi kebun binatang, kami menyempatkan diri untuk membeli oleh2 khas Bukittinggi, kami memutuskan pergi ke Jam Gadang karna lokasinya yang tidak jauh dari kebun binatang, hanya dengan berjalan kaki kami dapat ke tempat itu. Di Jam Gadang terdapat dua buah pasar yakni Pasar Ateh (Pasar Atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Pasar Ateh yang artinya adalah pasar atas, Di Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir, serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat, seperti Karupuak Sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, Karupuak Jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau, dan Karak Kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8, sedangkan pasar bawah adalah pasar becek yang menjual bahan-bahan dapur.

Photo diatas adalah landmarknya Bukittinggi; "Jam Gadang".

Setelah selesai belanja oleh2, saya beserta rombongan kembali ke Pekanbaru, alhmadulillah kembali dengan selamat.:Dhttp://www.blogger.com/img/blank.gif
Walaupun cuma 1 hari di Bukittinggi, tetapi saya mendapatkan pengalaman yang indah yang pernah saya rasakan di Indonesia tercinta, pokoknya tidak akan menyesal kalau berlibur ke Bukittinggi.


Inilah Indahnya Sisi Barat Indonesiaku “Bukittinggi”, saya akan datang lagi, Insyaallah. :D


Oke, sekian dulu cerita saya yah. :D
Assalamu’alaikum.
Selengkapnya...

Kamis, 28 Juni 2012

DAMPAK MEDIA TELEVISI TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Remaja
Istilah remaja atau adolesence berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence (dari bahasa Inggris) yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja adalah masa-masa kritis dimana terjadi peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Pola-pola karakter seorang individu akan mulai terbentuk pada masa ini sehingga pembentukan perilaku mungkin relatif lebih sulit. Jika diibaratkan dengan kertas, maka remaja bukan lagi selembar kertas polos yang leluasa ditulisi, namun telah diisi dengan beberapa guratan-guratan karakter yang mewarnai karakter dirinya. Periode remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu.
Kebanyakan ahli memandang masa remaja harus dibagi dalam dua periode karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua (sub) periode tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi: periode remaja awal (early adolescence), yaitu berkisar antara umur 13 sampai 17 tahun; dan periode remaja akhir, yaitu 18 sampai 20 tahun (atau umur dewasa menurut hukum yang berlaku di suatu negara).
B. Ciri-Ciri Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran, dan emosional. Begitu juga masa remaja sering disebut sebagai masa dimana terjadinya berbagai perubahan pada manusia, baik perubahan jasmani, seksualitas, pikiran, kedewasaan, maupun sosial. Semua itu merupakan proses perpindahan seseorang dari masa anak-anak. Masa remaja bukanlah masa yang berada secara tersendiri dan terpisah dari masa lampau dan sekarang. Tetapi masa remaja adalah masa yang saling berkaitan dengan masa lampau, sekarang, dan akan datang. Setiap manusia dituntut untuk mengetahui dan memahami dengan baik tentang masa remajanya.
Secara garis besar, masa remaja ditandai oleh ciri-ciri pertumbuhan fisik, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, menarik perhatian lingkungan, dan terikat dengan kelompok.
C. Perkembangan Masa Remaja dan Perilaku yang Muncul
Memasuki gerbang remaja, umumnya baik remaja putra maupun remaja putri, ia merasa dirinya sudah besar, dalam arti bukan kanak-kanak lagi. Oleh sebab itulah terkadang remaja susah diatur meskipun oleh orang tuanya sendiri. Kemudian ketika usianya telah memasuki angka 17 tahun, maka cita-cita serta angan-angan dan ide-ide pun bermunculan. Pada suatu waktu, ia ingin menjadi “ini” atau ingin seperti si “anu”. Namun di lain waktu, bila ia melihat hal yang lebih menarik, lebih menguntungkan dan mudah dicapainya, maka iapun ingin seperti itu. Idealismenya belum kokoh, disebabkan pengaruh masa kanak-kanaknya yang belum seratus persen hilang dari jiwanya.
Namun begitu, cita-cita yang menghinggapi kaum remaja terkadang masuk diakal, bila hal tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi remaja yang bersangkutan. Tetapi ada juga remaja yang menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sementara ia tidak menengok ke belakang tentang situasi dan kondisi yang ada. Dan yang paling tragis adalah bila seorang remaja mempunyai angan-angan yang muluk-muluk, namun ia tidak berusaha untuk menggapainya. Maka angan-angan tersebut tinggal angan-angan semata, sementara dirinya telah menjadi pelamun ulung, artinya suka melamunkan sesuatu yang tidak pernah akan terjadi pada dirinya.
Boleh-boleh saja para remaja mempunyai idelisme maupun cita-cita untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Namun semua itu diperlukan kendali, agar tidak melantur menjadi berbeda fungsi. Maksudnya yang semula adalah keinginan dan cita-cita yang baik, namun karena malas untuk mencoba berusaha menggapainya, akhirnya cuma menjadi lamunan yang tak berujung. Keadaan seperti ini sangat membahayakan, karena bisa mengakibatkan penyakit mental dan gangguan jiwa yang parah.
Perkembangan masa remaja berlangsung dalam 4 masa yaitu masa pueral, masa pra pubertas, masa pubertas, dan masa adolesen.
1. Masa Pueral
Kata pueral berasal dari kata puer yang artinya anak besar. Masa pueral merupakan bagian akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak, tetapi ia belum termasuk golongan orang dewasa. Masa pueral berlangsung sangat singkat pada diri remaja. Sebagai contoh, anak laki-laki badannya bertambah kuat dari keadaan sebelumnya. Pertambahan kekuatan jasmani diikuti oleh tumbuhnya sikap berani, senang beramai-ramai, suka mengganggu orang lain, suka menimbulkan perselisihan, dan perkelahian. Sementara, pada anak perempuan terjadi perubahan yaitu suka tertawa riuh dan gembira.
Perkembangan kejiwaan pada masa pueral adalah adanya dorongan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak mau diperlakukan sebagai anak-anak, suka mencetuskan perasaan, dan memberontak meskipun dalam kadar yang rendah. Begitu juga perasaan harga diri mulai tumbuh, mulai berpikir kritis, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman luar biasa.
2. Masa Pra Pubertas
Masa pra pubertas sebenarnya masih tergolong ke dalam masa peralihan. Masa ini dialami anak perempuan lebih singkat waktunya dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain itu, pada masa ini mereka mulai berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk memungkinkan mereka dapat berpikir dan bertindak lebih bebas. Andaikata mereka tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan dan merasa kemerdekaannya terancam, ada kemungkinan mereka akan berontak atau tidak mau menuruti perintah dan tidak tunduk kepada peraturan. Pada masa ini remaja mudah terkena pengaruh buruk dari temannya, kegiatannya cenderung merusak keadaan, suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hati, sering bertindak tidak sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, suka mencela tetapi ia sendiri tidak dapat berbuat lebih baik.
3. Masa Pubertas
Masa pubertas adalah masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada pengembangan pribadi sendiri. Pribadi itu menjadi pusat pikirannya. Diantara sifat-sifat yang muncul pada masa ini adalah meninggalkan pendapat lama, keseimbangan jiwa terganggu, suka menyembunyikan isi hati, tumbuhnya perasaan kemasyarakatan, adanya perbedaan sikap yang sangat mencolok antara laki-laki dengan perempuan.
Pada remaja laki-laki terdapat sifat dan perilaku aktif memberi, melindungi, menolong, memberontak, mengkritik, mencari kemerdekaan berpikir, memperoleh hak berbicara, suka meniru perbuatan orang yang disukainya, minatnya tertuju pada hal-hal yang abstrak, dan lebih memuja kepandaian yang dimiliki orang dibandingkan dengan orangnya itu sendiri. Pada remaja perempuan, adanya sifat suka dilindungi dan ditolong, adanya keterikatan perasaan dengan tradisi, tidak ingin meniru, lebih suka bersikap pasif, minatnya ditujukan pada hal-hal yang nyata, langsung memuja orangnya.
4. Masa Adolesen
Masa adolesen berada diantara usia 17-20 tahun. Sifat dan perilaku yang terjadi pada masa adolesen antara lain, mulai tampak garis perkembangan yang diikutinya di kemudian hari, mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup, kondisi kejiwaan mulai tenang, adanya kesadaran bahwa mengkritik itu mudah dan melaksanakannya itu sukar, mulai menunjukkan perhatian kepada masalah kehidupan yang sebenarnya, bersatunya erotis dan seksualitas, menghargai nilai-nilai lepas dari orang yang memilikinya. Selain itu, ada beberapa sifat dan perilaku yang berbeda antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan.
Pada remaja laki-laki telah tampak sifat dan perilaku aktif, tidak membiarkan dirinya hanyut terbawa arus masa remaja, memerhatikan nilai-nilai kultural, menghargai pengalaman, sering dipengaruhi oleh nilai tertentu. Sedangkan pada remaja perempuan bersikap pasif dan reseptif (penerima), terbawa hanyut arus masa remaja, lebih memerhatikan masalah kehidupan, kurang menyadari akan resiko, dan berkeinginan yang tidak menentu.





BAB III
PEMBAHASAN

A. Dampak yang Dapat Ditimbulkan Oleh Media Televisi Terhadap Pembentukan Perilaku Remaja
Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa mempunyai fungsi yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Kebanyakan acara yang ditayangkan oleh TV lebih banyak porsi percintaannya dibandingkan dengan hiburannya. Yang amat disayangkan dari acara terebut adalah banyaknya adegan mesra dan efek yang ditimbulkannya amat banyak. Terutama bagi kalangan remaja. Kemesraan yang ditayangkan dalam progam tersebut memancing nafsu bagi mereka yang menyaksikannya, yakni keinginan remaja yang kuat untuk melihat dan bahkan melakukan adegan percintaan di dalam kehidupannya sehari-hari.
Efek yang ditimbulkan setelah selesai menyaksikan acara yang ditayangkan di TV ialah terbentuknya mental anak muda yang cengeng, instant, mudah menyerah, manja, dan suka menghayal, serta gaya hidup yang kontras dengan realita yang ada. Dengan demikian menurut penulis maraknya tayangan kekerasan/percintaan mengingatkan penonton akan sebuah peringatan bahwa kemajuan teknologi merupakan teman sekaligus lawan (dalam hal ini TV). Keberadaannya memiliki beberapa sisi efek sebagai berkah sekaligus bencana jika tidak dengan sebaik-baiknya digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Ia juga mempunyai sisi yang bertolak belakang serta susah ditebak karena ia memiliki nilai kebenaran yang relatif (objektif relative). Ia memberikan efek positif sekaligus negatif, efeknya begitu mendalam karena ia mampu melakukan kontak batin dengan penikmatnya sehingga seolah-olah mereka hanyut ke dalam acara yang sedang berlangsung.
Mungkin karena permintaan pasar, TV seringkali memberikan acara tanpa mempertimbangkan aspek psikologis maupun sosiologis terhadap khlayaknya. Amat banyak acara yang ditampilkan di TV secara vulgar, apalagi acara tersebut seharusnya diperuntukkan bagi kalangan dewasa namun, banyak juga di tonton remaja. Pernahkah penonton sadar bahwa secara tidak langsung TV telah mengajarkan kita tentang cara-cara baru kekerasan ataupun percintaan yang bersifat fiksi ditampilkan oleh media yang kemudian hal itu ditiru oleh penonton dengan harapan akan memperoleh hasil yang sama.
Acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan serta menghipnotis pada audiens khususnya remaja sehingga mereka dihanyutkan dalam pertunjukkan televisi tersebut. Dari televisi orang dapat belajar banyak tentang informasi dan memahami tentang dunia dan bagaimana berperilaku dalam masyarakat, antara lain mempelajari hubungan sosial, nilai-nilai perilaku sosial dan anti sosial, serta masih banyak lagi. Salah satu dampak negatif televisi pada remaja adalah perilaku agresi. Agresi adalah setiap bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain.
Hasil konkrit sinetron dalam kehidupan nyata, ada di depan mata kita seperti geng nero, geng motor, pelecehan seksual di kalangan birokrat, dan lain sebagainya. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang. Sebagai media audio visual televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV, setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Ternyata, tanyangan TV terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku remaja lantaran media ini sekarang telah berfungsi sebagai rujukan dan wahana peniruan (what they see is what they do).
Kehadiran sinema elektronika (sinteron) yang menghiasi televisi setiap hari barangkali telah ikut membentuk nilai “baru” bagi generasi muda saat ini. Tidak banyak senitron yang mampu memberikan nilai-nilai edukatif bagi para penontonnya. Di sinetron dengan mudah disaksikan pelajar (SMP/SMA) yang lebih disibukkan persoalan hubungan lawan jenis dibandingkan usaha gigih untuk meraih prestasi akademis yang baik.
Perkembangan alat elektronik yang semakin pesat membawa dampak positif maupun negatif. Misalnya saja dengan adanya televisi. Televisi tidak hanya membawa pengaruh yang positif saja, tetapi juga membawa pengaruh yang negatif, dengan tayangan yang dihadirkan tidak menolak kemungkinan akan mempengaruhi perilaku remaja. Banyak remaja yang lebih cepat matang (dewasa sebelum saatnya).
Seorang ahli bernama Albert Bandura mengemukakan teorinya yang terkenal dengan nama Social Learning Theory, yang secara umum menjelaskan bahwa anak-anak dan remaja akan dengan mudah meniru perilaku apa yang sering mereka tonton. Anak-anak dan remaja yang menonton kekerasan mempunyai peluang besar untuk menirunya. Sebaliknya jika mereka sering menonton acara yang berisi hal-hal yang bersifat mendidik, misalkan film yang berisi cerita kepahlawanan atau kasih sayang (antar mahluk hidup), maka ia pun akan terpengaruh atau meniru apa yang ia tonton tersebut. Tetapi kita tidak boleh mengklaim bahwa semua tayangan televisi hanya berdampak negatif. Jelas pernyataan itu tidak adil. Seperti yang telah dijelaskan di atas, TV ibarat koin mata uang. TV juga mempunyai dampak positif, banyak siaran TV yang baik untuk pendidikan remaja.
Dalam situasi demikian tentu saja akan bersifat kontra produktif jika beberapa stasiun televisi menayangkan berbagai acara yang kurang memupuk upaya penanaman nilai agama dan budi pekerti. Untuk itu, sudah saatnya para pengelola televisi dituntut kesediaannya dalam memperbanyak volume acara yang membawakan pesan-pesan edukatif dan positif. Kita akui, tayangan televisi seperti sinetron hanya sebatas rekaan sutradara yang tak mesti sejalan denga realitas pergaulan remaja kita sehari-hari. Tetapi, karena TV telah menjadi media publik yang ditonton secara luas, termasuk kalangan remaja, maka akan memberi dampak kurang positif jika isinya bersifat vulgar.
Di samping itu, judul sinetron yang selalu mengambil topik-topik tentang percintaan dan pacaran sedikit banyak akan mengajari remaja untuk berpacaran, tampil sexy, bergaya hidup trendy dan berorentasi yang penting happy. Walaupun tayangan ini belum tentu ditiru namun tetap akan mengontaminasi pikiran polosnya. Karena efek tayangan TV selama ini terbukti cukup ampuh bagi mereka. Simak saja, tingkah laku sebagian remaja saat ini yang sangat mengidolakan tokoh-tokoh film percintaan dan sejenisnya.
B. Solusi Untuk Mengatasi Dampak Negatif dari Media Televisi Pada Remaja di Dalam Kehidupan Sehari-hari
Para ahli komunikasi mengatakan, media massa sangat berpengaruh terhadap pembentukan realitas sosial. Komunikasi massa selalu mempunyai dampak pada diri seseorang atau sekelompok orang akibat dari pesan yang disampaikan kepadanya. Dampak kognitif berhubungan dengan pemikiran, dampak emosional berhubungan dengan perasaan (senang, sedih, marah, sinis dan sebagainya). Dampak kognitif juga mencakup niat, tekad, upaya, dan usaha yang berkecenderungan diwujudkan menjadi suatu kegiatan. Media massa tidak hanya memiliki dampak langsung terhadap individu, tetapi juga mempengaruhi kebudayaan dan pengetahuan kolektif serta nilai-nilai di dalam masyarakat. Media massa menghadirkan perangkat citra, gagasan dan evaluasi yang menjadi sumber bagi audience-nya untuk memilih dan menjadikan acuan bagi pelakunya.
Film remaja seputar cinta dan pergaulan bebas secara tidak langsung memberikan visualisasi untuk menginspirasi pemirsanya dalam melakukan hal yang sama seperti di film. Meski mungkin tujuan dibuatnya film sebagai media penyadaran masyarakat dengan menampilkan realitas yang terjadi di masyarakat. Tapi, kenyataannya yang terjadi adalah bias. Sebab, sangat tipis bedanya antara membeberkan fakta dengan mengajarkannya. Selain itu, berbagai adegan pornografi di televisi mulai dari kasus ringan-berat pun telah menjadi bentuk pendidikan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan terhadap remaja. Mereka yang sebenarnya membutuhkan asupan gizi semisal berupa tontonan yang mendidik yang mencerminkan insan cendekia, intelek, atau akademis, telah diracuni dengan berbagai adegan pacaran bahkan bentuk kegiatan seksual yang lebih jauh/parah.
Banyak acara-acara yang ditayangkan TV dengan tidak mengandung nilai-nilai yang semestinya disanjung oleh bangsa yang menganut budaya ketimuran, yakni nilai kesopanan, moral dan lain-lain. Yang menarik bagi penulis adalah bahwa efek tayangan tersebut secara tidak sadar telah mempengaruhi keadaan jiwa penonton yang mendorong dirinya untuk meniru adegan-adegan yang ada. Percaya atau tidak, tayangan kekerasan tersebut juga turut mempengaruhi angka kriminalitas seperti pembunuhan, pelecehan seksual, perkosaan, dan lain sebagainya. Ini menarik untuk dijelaskan mengingat tayangan-tayangan tersebut setiap jam hadir di tengah keluarga.
Kontrol orang tua terhadap tayangan TV juga dapat dilakukan secara langsung kepada stasiun TV yang menayangkannya. Caranya, orang tua dapat melayangkan protes kepada stasiun TV yang menayangkan sebuah acara yang dianggap bernilai negatif. Cara protes ini sekarang lebih mudah dilakukan karena telah disediakan salurannya. Hampir semua TV di Indonesia memiliki telepon, fax, email, bahkan SMS yang bisa dijangkau dari mana-mana. Mereka umumnya menerima layanan pelangan (custumer service) hampir 24 jam. Adaikan ada dua orang dari setiap propinsi di Indonesia yang rela menyempatkan diri ‘mengawasi’, atau bahkan melakukan protes terhadap setiap tayangan TV yang berbau ‘sesat’, maka dipastikan stasiun TV akan sangat selektif menampilkan tayangan TV.
Untuk mengantisipasi dampak negatif dari televisi tentunya tidak dapat didiamkan begitu saja. Dibutuhkan sebuah kemampuan untuk menyikapi media ini dengan bijaksana. Bila masalah remaja ini hanya menjadi persoalan bagi para orang tua dan hanya beberapa gelintir orang yang peduli pada hal itu, maka masalah ini akan semakin sulit untuk terpecahkan. Sebenarnya pihak yang benar-benar terlibat dan harus dilibatkan untuk memecahkan masalah ini adalah pihak stasiun televisi itu sendiri. Karena pihak stasiun televisi mempunyai wewenang untuk menentukan layak tidaknya sebuah acara untuk ditayangkan.
Mereka mempunyai andil yang besar pada semua tayangan yang ada di televisi. Di sinilah sebenarnya diperlukan orang yang benar-benar peduli pada nasib bangsa dan punya tanggungjawab moral yang tinggi. Kalau orang yang ditempatkan pada posisi ini adalah orang yang tepat, maka dia akan berfikir berkali-kali sebelum menayangkan sebuah acara. Apakah acara ini layak untuk ditayangkan? Sasarannya siapa? Disiarkan pada jam berapa? Apa pengaruh yang timbul dari acara ini? Dan masih banyak lagi pertimbangan yang mereka fikirkan. Jika semua pihak bekerjasama dengan baik, maka akan ada harapan masalah ini mudah terpecahkan. Sehingga masa depan bangsa tidak lagi berada dalam ambang kehancuran.
Secara psikologis, acara siaran televisi mempunyai pengaruh yang kuat dalam waktu yang lama kepada pikiran penontonnya. Indera pertama yang memiliki pengaruh terkuat pada pikiran adalah penglihatan, kemudian yang kedua adalah pendengaran, dan selanjutnya adalah indera perasa. Acara televisi yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran penontonnya, memiliki pengaruh yang lebih kuat kepada pikiran penonton dibanding pengaruh media lain.
Karena itu, penulis mengimbau agar para pemilik stasiun televisi jangan hanya mementingkan aspek komersial, tetapi juga memikirkan peran mencerdaskan masyarakat khususnya remaja. Seharusnya, televisi bisa menayangkan acara yang dapat membuka wawasan dan menumbuhkan semangat kreativitas, bekerja, dan taat beribadah sebagai ganti dari acara yang merusak moral itu. Sudah saatnya semua elemen yang ada di Indonesia bersatu padu untuk menyelamatkan remaja Indonesia menuju suatu kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi masalah ini harus ada solusi untuk mengatasinya. Solusi yang melibatkan berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini. Melibatkan para pemilik televisi, para produser dan insan pembuat sinetron, masyarakat dan organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang terkait. Pihak-pihak yang terlibat tersebut membuat suatu kebijakan yang disepakati bersama untuk mengatasinya. Sehingga kebijakan yang dibuat tidak merugikan diantara mereka dan mampu memberikan solusi yang tepat. Hal ini dilakukan demi masa depan generasi penerus bangsa. Jangan sampai penerus bangsa kita menjadi tidak kreatif karena terbiasa dengan budaya menonton, salah satunya melihat sinetron. Jangan sampai tunas bangsa kita layu dan mati tenggelam dengan budaya menonton.
Selengkapnya...

MENANGKAL BAHAYA AIDS DALAM PERGAULAN REMAJA



A. Pengertian AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Celakanya, apabila virus HIV sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, secara pelan-pelan merusak sistem kekebalan tubuhnya sehingga serangan penyakit lain, yang biasanya tidak berbahaya, akan dapat menyebabkan kematian. Biasanya orang yang kemasukan virus HIV tidak diketahui oleh dirinya sendiri maupun orang lain, bahwa dirinya mengidap virus HIV, karena dia tampak sehat dan merasa dirinya sehat. Dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahnya atau obat untuk penyembuhannya.
B. Perkembangan Kasus HIV/AIDS
Untuk pertama kalinya penderita AIDS diketahui pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan penyakit ini kemudian berkembang luas di benua Afrika dan negara barat seperti Eropa dan Amerika Latin hingga Indonesia tahun 1987. Dan pada tahun 1996 diketahui penderita HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 438 orang. Bahkan dalam laporan UNAIDS (Badan PBB untuk program AIDS yang dibentuk tahun 1996), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 saja, diperkirakan 21 juta orang penduduk dunia meninggal karena AIDS, termasuk 17 juta di wilayah sub-Sahara Afrika. Dilaporkan juga bahwa 36 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dan setidaknya 26 juta orang adalah mereka yang hidup di Afrika.
Wabah AIDS global terus merebak, dan UNAIDS kembali mengeluarkan perkiraan bahwa sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS. Tiga juta orang meninggal pada 2003 akibat AIDS, sama dengan jumlah penumpang pesawat jumbo jet Boeing 747 yang kecelakaan setiap 90 menit. Lima juta kasus baru HIV/AIDS tercatat hanya pada tahun ini, kebanyakan di sub-Sahara Afrika, meskipun AIDS dengan cepat menjadi masalah besar di China, India dan Rusia.
Lebih dari 260 ribu orang Rusia tertular virus HIV, kata kantor berita Interfax yang mengutip catatan kantor PBB di Moskow. Sebanyak 70% dari seluruh orang Rusia yang positif tertular HIV berusia 15-29 tahun. Untuk kasus di Rusia ini, disebutkan bahwa hanya 20 per 100 ribu warga Rusia positif tertular HIV pada awal tahun 2000 dan rata-rata itu meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 180 per 100 ribu pada Nopember 2003, kata Vadim Pokrovsky, kepala pusat federal untuk pemberantasan HIV/AIDS.
Indonesia termasuk negara dalam keadaan bahaya HIV/AIDS. Hal itu disebabkan laju kenaikan kasus baru penyakit mematikan itu meningkat tajam dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Menkes mengungkapkan, data HIV/AIDS di Indonesia per 30 September 2003 adalah sebanyak 3.924 kasus, dengan perincian 2.685 kasus infeksi HIV dan 1.239 kasus AIDS. Data itu barulah yang terdeteksi. Ibaratnya baru merupakan puncak dari gunung es, sementara gunung esnya sendiri masih banyak. Kalau keseluruhan diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS bisa mencapai 80 ribu hingga 120 ribu.
Di samping itu, diperkirakan ada peningkatan 100 kasus baru HIV/AIDS per bulan, terutama di wilayah DKI Jakarta. Peningkatan kasus di Jakarta ini umumnya disebabkan penggunaan jarum suntik obat-obatan terlarang. Menurut Menkes, meski dilihat dari jumlah kasusnya, Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara lain di dunia, tetapi angka percepatannya termasuk tinggi. Di dunia, populasi penderita HIV/AIDS saat ini diperkirakan sudah mencapai jumlah 41 juta orang. Oleh karena percepatan yang tinggi itulah, Indonesia masuk dalam kategori bahaya.
Tingkat bahaya tersebut disebabkan dalam kurun waktu paling lambat 10 tahun, kasus HIV akan menjadi positif AIDS. Artinya paling lama 10 tahun mendatang atau mungkin lebih cepat, jumlah kasus positif AIDS di Indonesia bisa mencapai 120 ribu. Ditambahkan, wilayah sebaran HIV/AIDS di Indonesia paling banyak meliputi DKI Jakarta, Bali, Bandung, Batam, Merauke, dan Sorong.
C. Cara Penularan AIDS
Cairan tubuh penderita AIDS yang berperan dalam penularan adalah darah, sperma, cairan vagina, dan cairan tubuh lainnya yang tercemar HIV, misalnya air ludah. Cara penularan AIDS terutama melalui sebagai berikut:
1. Hubungan seksual, baik dengan sejenis maupun berbeda jenis kelamin yang mengidap virus HIV.
2. Tukar menukar jarum suntik, akupunktur, tato, dan alat cukur yang tercemar virus HIV.
3. Transfusi darah yang tercemar virus HIV.
4. Dari ibu hamil yang kemasukan virus HIV kepada bayi yang dikandungnya.
5. Pertolongan persalinan yang tercemar virus HIV.
AIDS tidak menular karena sebagai berikut:
1. Berjabat tangan, bersentuhan dengan badan, pakaian, dan barang-barang penderita HIV/AIDS
2. Gigitan serangga atau nyamuk
3. Bercium pipi
4. Makanan dan minuman
5. Hidup serumah dengan penderita, asalkan tidak melakukan hubungan seksual.
6. Berenang bersama-sama dalam satu kolam renang
7. Penderita bersin dan batuk di dekat kita
8. Menggunakan WC yang sama dengan penderita HIV/AIDS
9. Satu kantor atau sekolah, dan lain-lain.
10. Namun demikian tetap perlu diwaspadai apabila ada kulit kita yang terluka dapat menjadi pintu masuknya virus HIV.
D. Cara Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS
Penanggulangan penyakit baru khususnya HIV/AIDS, hendaknya memperhatikan empat dimensi, yaitu dimensi biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Oleh karena itu pendidikan moral, etika, agama sudah harus ditanamkan sejak dini. Begitu pula penanggulangannya ditanamkan sejak dini. Begitu pula penanggulangannya dilakukan secara kuratif dan preventif harus diupayakan dakwah secara kaffah dan akurat serta intensif. Sosialisasi HIV/AIDS di kalangan masyarakat terutama di kalangan generasi muda perlu terus dilakukan, karena dari sejumlah data penderita HIV/AIDS baik dari skala dunia, nasional maupun lokal terlihat kebanyakan penderita HIV/AIDS adalah orang-orang yang rentan usia produktif yakni antara 15 sampai 24 tahun.
Diperkirakan penyebaran HIV/AIDS di kalangan usia produktif akan terus meningkat mengingat pada saat yang sama gaya pergaulan sebagian remaja sudah sangat mengkhawatirkan. Aktivitas pergaulan remaja cenderung sudah mengesampingkan nilai-nilai ketimuran yang menjunjung tinggi kesopanan, bahkan mengenyampingkan nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi dasar kehidupan manusia.
Faktanya kondomisasi tidak terbukti mampu mencegah penyebaran HIV/AIDS. Di saat budaya kebebasan seks tumbuh subur, ketaqwaan yang kian tipis (bahkan mungkin tidak ada), kultur yang kian individualistis, kontrol masyarakat semakin lemah, kemiskinan yang kian menghimpit masyarakat dan maraknya industri prostitusi, kondomisasi justru membuat masyarakat semakin berani melakukan perzinahan. Tumbuh rasa aman semu dengan kampanye penggunaan kondom. Mengapa semu? Karena alih-alih sebagai pencegah, kondom justru mempercepat penyebaran HIV/AIDS. Hal ini terbukti adanya peningkatan laju infeksi sehubungan dengan penggunaan kondom 13-27% lebih.
Bagaimana bisa dikatakan kondomisasi sebagai cara aman untuk mencegah penularan HIV, sementara diameter virus jauh lebih kecil daripada pori-pori kondom. Lebar pori-pori kondom 1/60 mk. Saat meregang pori-porinya melebar 10x. Sementara Virus HIV ukurannya 1/250 mk. Saat normal pori-pori kondom bisa dimasuki 4 virus HIV dan saat regang bisa dimasuki 40 virus HIV. Ini hanya satu pori-pori padahal satu kondom terdapat banyak pori-pori dan tentu saja pada saat dipakai pasti regang.
Di AS, kampanye kondomisasi yang dilaksanakan sejak tahun 1982 bahkan terbukti menjadi bumerang. Hal ini dikutip oleh Hawari, D (2006) dari pernyataan H. Jaffe (1995), dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (USCDC:United State Center of Diseases Control). Evaluasi yang dilakukan pada tahun 1995 amat mengejutkan, karena ternyata kematian akibat penyakit AIDS menjadi peringkat no 1 di AS, bukan lagi penyakit jantung dan kanker. Selain itu, kondom memang dirancang hanya untuk mencegah kehamilan, itupun dengan tingkat kegagalan mencapai 20%.
Jadi jelaslah bahwa kondomisasi sama saja dengan menfasilitasi seks bebas. Tidak heran setelah program kondomisasi dijalankan kasus HIV/AIDS justru semakin meningkat pesat. Dengan demikian, kondomisasi sama saja dengan penyebaran seks bebas dan penghancuran terselubung umat manusia.
Sejak tahun 1996-2004 memang tidak ada kemajuan dalam penggunaan kondom sebagai alat pencegah HIV dan AIDS, serta IMS (Infeksi Menular Seksual). Apapun cara yang digunakan pemerintah maupun masyarakat untuk memerangi HIV dan AIDS, akan terpulang kepada diri pribadi seseorang. Oleh karena itu bagaimanapun cara yang digunakan oleh pemerintah untuk memerangi HIV AIIDS, satu hal yang perlu dicamkan, bahwa penyakit ini tidak akan terjadi jika akhlak manusia terjaga.
Dengan demikian pendidikan moral sejak dini tidak boleh diabaikan. Sungguh membuat kita waspada, bila benar wabah ini ada di depan mata sehingga segala langkah praktis, cepat, dan tepat, seperti harm reduction sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran yang meluas dari apa yang sudah terlanjur terjadi, kendatipun cara pencegahan maupun penularannya sudah banyak disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Tetapi sudah seharusnya kita tidak melupakan bahwa akar permasalahan dari timbulnya penyakit ini karena rapuhnya moral, sehingga tercermin dalam pola sikap dan perilaku seseorang. Disinilah tugas sebagai seorang perempuan, seorang ibu mengharuskan untuk melindungi dan menanamkan budi pekerti dan akhlak yang kuat pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa sebelum mereka mengenal dunia luas. Bukankah perempuan adalah tiang negara.
Berikutnya, daripada membuang uang jutaan dolar untuk riset pengobatan AIDS atau untuk mengkampanyekan kondom, akan jauh lebih berhasil bila pergaulan bebas dilarang sama sekali. Termasuk pemerintah jangan sungkan-sungkan menutup segala macam praktik-praktik pelacuran. Dan jangan ragu-ragu pula mengganjar para pelaku pergaulan bebas dengan sanksi yang setimpal. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati. Jadi, kobarkan perang semesta melawan AIDS.



Selengkapnya...

Peranan VSAT Pada Suatu Perusahaan



VSAT merupakan kependekan dari “Very Small Aperture Terminal ”, untuk menggambarkan terminal-terminal penerima/pengirim sinyal berupa stasiun bumi satelit kecil berdiameter antara 0,9 sampai dengan 3,8 meter, yang digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar maupun suara via satelit. Teknologi VSAT pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada awal tahun 1980-an. VSAT masuk pertama kali ke Indonesia tahun 1989 seiring dengan bermunculannya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan sistem komunikasi online seperti ATM (Automated Teller Machine).
Arsitektur Jaringan VSAT terdiri dari :
1. Ground Segment (segmen bumi), yang terbagi menjadi :
o Indoor Unit (IDU), terdiri dari modem satelit
o Outdoor Unit (ODU), terdiri dari RFT, LNA dan Antena
2. Space Segment (segmen angkasa) yakni satelit.
Keseluruhan jaringan VSAT ini dimonitor dan dikendalikan oleh suatu Network Management System (NMS) yang berlokasi di Hub Network Operations Center (NOC).
Dewasa ini, VSAT telah digunakan di lebih dari 120 negara dengan lebih dari 500.000 terminal terpasang. Solusi komunikasi hemat biaya yang ditawarkan VSAT menjadi pilihan berbagai sektor industri yang seringkali menghadapi kenyataan bahwa adopsi teknologi akan diikuti dengan kebutuhan biaya yang lebih tinggi.
Pada era informasi global, persaingan di dunia bisnis memerlukan kecepatan waktu. Kebutuhan pengambilan keputusan dalam bisnis memerlukan informasi yang cepat dan akurat. Hal ini perlu didukung oleh infrastruktur yang andal dan mudah diimplementasikan.
Di Indonesia, penggunaan infrastruktur jaringan telekomunikasi satelit VSAT merupakan pilihan tepat, mengingat Indonesia terdiri dari banyak pulau yang tersebar sehingga sulit dijangkau oleh teknologi komunikasi microwave maupun jaringan kabel. Selain kurang efektif, jaringan microwave maupun kabel tidak efisien karena instalasinya memakan waktu lama dan menelan biaya besar. Di samping itu, keduanya sangat rentan terhadap gangguan, sedangkan cakupan areanya pun sangat terbatas karena kendala geografis.
Dengan teknologi VSAT yang semakin maju, komunikasi antar pulau di Indonesia akan menjadi semakin mudah, murah dan efisien. Mudah, karena tidak terhalangi lautan maupun topografi bumi. Murah, karena jauh atau dekat biayanya sama. Pemanfaatan untuk Internet dan ISDN (Integrated Services Digital Network) juga akan menjadi lebih optimal dan murah.
Kelebihan VSAT dibandingkan saluran kabel, selain lebih murah biayanya, juga andal, dengan bandwidth lebar dan sistem transmisi paket data. VSAT juga berfungsi sebagai substitusi atau pengganti line telepon dan gelombang mikro (microwave). Kemampuan VSAT dalam transfer data, suara dan video sangat bagus karena bandwidth yang lebar. Dengan memanfaatkan teknik kompresi yang baik, gambar dan suara semakin mudah ditransfer dengan biaya murah.
Teknologi VSAT dapat dimanfaatkan untuk mempermudah telekomunikasi di banyak industri dan bisnis. Bidang bisnis yang sangat membutuhkan antara lain perbankan (misalnya komputerisasi online), perusahaan pengeboran minyak, penerbangan, distribusi barang dan jasa, bisnis perkayuan dan lain-lain.
Media satelit memiliki cakupan wilayah yang luas. Selain itu, pemasangannya mudah dan implementasinya singkat. Diperlukan waktu tidak lebih dari satu hari untuk instalasi antena beserta perangkatnya.
Penggunaan satelit juga dapat meminimalisir gangguan eksternal karena tidak lagi dipengaruhi faktor jarak. Kalaupun terjadi, gangguan akan jauh lebih cepat diidentifikasi dan diatasi, dibandingkan pada jaringan teresterial.
VSAT merupakan solusi yang sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi aplikasi voice, data, audio maupun video, terutama pada daerah yang belum terjangkau transmisi terestrial.
Di samping itu, teknologi komunikasi dengan media satelit ini memiliki banyak kelebihan lain, di antaranya :
• Mampu mengintegrasikan jaringan seluruh wilayah (remote sites) secara terpusat (single manageable network).
• Mampu mengadaptasi perubahan jenis lalu lintas data, peralatan teknologi maupun jenis aplikasi layanan.
• Mampu melakukan broadcasting data.
• Mudah dalam maintenance, dan jika terjadi masalah dapat segera diatasi.
Penggunaan VSAT memberikan keuntungan maksimal. VSAT memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi dengan sangat cepat tanpa terganggu kendala ketidaktersediaan jaringan infrastruktur telekomunikasi setempat.


Selengkapnya...

Peranan Open Source Dalam Perkembangan Teknologi



A. Pengertian Open Source
Open Source (sumber terbuka) adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet). Pola pengembangan ini mengambil model ala bazaar, sehingga pola Open Source ini memiliki ciri bagi komunitasnya yaitu adanya dorongan yang bersumber dari budaya memberi, yang artinya ketika suatu komunitas menggunakan sebuah program Open Source dan telah menerima sebuah manfaat kemudian akan termotivasi untuk menimbulkan sebuah pertanyaan apa yang bisa pengguna berikan balik kepada orang banyak.
Pola Open Source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-ngatik, merevisi ulang, membenarkan ataupun bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab, bukan bebas tanpa tanggung jawab.
Pada intinya konsep sumber terbuka adalah membuka "kode sumber" dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan kode sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan diketahui logika yang ada di kode sumber, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak yang sama fungsinya. Sumber terbuka hanya sebatas itu. Artinya, dia tidak harus gratis. Definisi sumber terbuka yang asli adalah seperti tertuang dalam OSD (Open Source Definition)/Definisi sumber terbuka.


Pergerakan perangkat lunak bebas dan sumber terbuka saat ini membagi pergerakannya dengan pandangan dan tujuan yang berbeda. Sumber terbuka adalah pengembangan secara metodelogi, perangkat lunak tidak bebas adalah solusi suboptimal. Bagi pergerakan perangkat lunak bebas, perangkat lunak tidak bebas adalah masalah sosial dan perangkat lunak bebas adalah solusi.

B. Peranan Open Source dalam Perkembangan Teknologi
Sekilas telah terungkap perihal manfaat dari OS (Open Source) serta potensi penyelesaian problema yang dihadapi oleh dunia ketiga. Namun selain tidak trivial, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengadopsian OS tidak berjalan mulus di semua sektor. Banyak kejadian pada saat tersebut yang tidak terdokumensi secara sistematis, sehingga pembahasan ini semata berdasarkan catatan pribadi (Samik-Ibrahim, 1998a, 2000a, 2000b).
Namun, diharapkan sudah cukup untuk memberikan gambaran perihal rangkaian kejadian pada saat tersebut. Hingga 1970an, perangkat keras komputer berbentuk main frame atau mini yang dikelola oleh sebuah tim yang eksklusif di dalam sebuah “ruang kaca” yang steril. Populasi komputer secara keseluruhan sangat sedikit berhubung harganya sangat mahal. Pemeliharaan instalasi komputer dipercayakan kepada agen pemasok (supplier), sehingga supervisi kepemilikan perangkat lunak dapat dilakukan secara relatif ketat.
Walau pun demikian, terkandang para pemasok tersebut meminjamkan perangkat lunak tanpa seizin pemilik lisensi.
Tahun 1980an ditandai dengan kemunculan komputer Apple II berbasis 6502 /1 MHz dengan opsi tambahan prosesor Zilog Z80/ 2 MHz. Komputer ini menggunakan media penyimpanan disket yang mudah digandakan, sehingga memudahkan pendistribusian perangkat lunakPublic Domain (PD) mau pun Shareware. Namun, media disket ini pun menyebabkan kehadiran perangkat lunak tanpa lisensi yang sering diberi istilah perangkat lunak bajakan.

Pola penggunaan perangkat lunak tersebut dilanjutkan pada saat kehadiran PC berbasis Intel 8088 (16 bit/ 4.77 MHz/ PC/MS-DOS), sertawork-station unix berbasis Motorola 68k (32 bit). Jika sebelumnya bentuk pendistribusian dalam bentuk biner, pada sistem berbasis unix juga disertakan source code dari program tersebut. Selain dengan media magnetik, pendistribusian juga mulai dilakukan melalui jaringan secaraonline (ARPAnet), atau pun secara batch (usenet) dengan newsgroup seperti comp.source.unix, alt.source, dan sejenisnya. Penyertaansource code dan pendistribusian melalui jaringan ini merupakan cikal bakal tradisi OS.
Tema penelitian bidang ilmu komputer pada era 1980an ini mencakup pemodifikasian dan pem-porting-an perangkat lunak jenis PD. Motivasi penggunaan PD ini tersebut bukan berdasarkan moral, melainkan kepraktisan belaka yaitu meneruskan/ mengikuti trend penelitian di luar negeri. Beberapa perangkat lunax yang digunakan pada waktu itu seperti GCC Compiler untuk Unix, UUCP, CNEWS 2.11, X.400 ean, Silicon Compiler, Cross Compiler (Modula 2, Pascal), UIUC Notes, dan lain sebagainya.
Perubahan sistem bisnis pendistribusian piranti lunak membuat open source semakin populer. Di piranti mobile, open source terbukti berhasil mendapat perhatian pengguna. Kehadiran Android menjadi salah satu bukti bahwa open source bisa mengalahkan produk proprietary (berbayar).
Di Indonesia, perkembangan open source pun tak lepas dari dukungan Pemerintah. Salah satunya dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. SE/01/M.PAN/3/2009 tanggal 30 Maret 2009 tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS).
Satu hal yang perlu ditekankan bahwa software open source
tidak selalu gratis tetapi ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli
software tersebut. Sebagai contoh Sistem Operasi RedHat Linux yang
dapat dibeli dengan harga yang murah. Pada software yang Close Source, paket software tidak dapat didistribusikan lagi selain oleh pembuat/vendor software tersebut.
Sedangkan software yang Open Source dapat didistribusikan secara
bebas oleh siapapun. Tujuan Open Source ini sebenarnya ingin
menghilangkan ketergantungan vendor software, dimana vendor dapat
bertindak seenaknya bisa saja vendor menyisipkan kode-kode yang dapat
membahayakan software aplikasi lain termasuk juga menaikkan harga
lisensi.
Dalam banyak kasus, bila terjadi Bug dalam software yang Close Source pengguna sangat tergantung kepada vendor yang harus menunggu update untuk memperbaikinya. Seringkali vendor kurang cepat merespons
perkembangan terkini dan permintaan pengguna.






Selengkapnya...

HAL YANG HARUS DIPERBAIKI DI DUNIA PENDIDIKAN SAAT INI



Pendidikan merupakan suatu hal yang amat terpenting di suatu negara, negara yang dianggap maju ialah negara yang pendidikannya tinggi. Pendidikan adalah pondasi suatu negara, tidak akan berkembang suatu negara jikalau pendidikan di negara tersebut rendah, maka tak jarang negara-negara yang maju mengalokasikan dana sebagian besar di sektor pendidikan. Di Indonesia, pendidikan masih kurang dapat perhatian yang lebih besar, masih banyak anak-anak dari keluarga yang kurang mampu tidak bisa bersekolah. Banyaknya wali murid yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan, munculnya berbagai macam pungutan di sekolah.

Problema pendidikan sepanjang hayat akan selalu menjadi dinamika kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang (education for all). Pendidikan sebagai kebutuhan manusia yang diatur dalam melalui undang-undang akan memberikan tanggung jawab besar bagi negara untuk memberikan pendidikan secara berkualitas, terjangkau, dan memiliki konstelasi dengan kebutuhan individu, negara dan bangsa. Untuk mencapai proses ke arah itu tentu tidak semudah membalik telapak tangan.
Banyak permasalahan pendidikan yang sifatnya sensitif, dalam eskalasi besar yang terjadi saat ini. Sebagaimana dikemukakan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000–2004, krisis ekonomi mempunyai dampak pada penyelenggaraan pendidikan yang ditunjukkan antara lain dengan menurunnya kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anak-anaknya yang berakibat meningkatnya angka putus sekolah. Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menunjukkan, pada tahun 1999/2000, angka putus sekolah jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD-MI) sebanyak 3,38 persen dari populasi siswa SD-MI atau sebanyak 960.700 anak, dan lulusan SD-MI yang tidak melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SLTP-MTs) sebanyak 19,31 persen dari lulusan SD-MI atau sebanyak 770.500 anak. Disamping itu angka putus sekolah pada jenjang SLTP-MTS sebanyak 4,04 persen dari populasi SLTP-MTs atau sebanyak 377.600 anak. Gejala putus sekolah dan tidak melanjutkan ini jelas mengancam tercapainya penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajar Dikdas), yang menjadi prioritas utama pemerintah di bidang pendidikan.
Masih rendahnya kesejahteraan guru dan kesenjangan kualitas serta persebarannya, masih belum memadainya sarana dan prasarana pendidikan, belum tersedianya biaya operasional sekolah/pendidikan luar sekolah yang memadai secara berkelanjutan juga mempunyai pengaruh terhadap proses belajar mengajar, yang selanjutnya berpengaruh terhadap mutu lulusan dan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Kurangnya motivasi bagi pelajar untuk membangkitkan gairah belajar merupakan salah satu yang harus diperbaiki, karena sarana-sarana informasi tidak digunakan dengan baik oleh penyedia, yang mana seharusnya diperuntukkan untuk bisa bermanfaat bagi pelajar. Media-media kurang memikirkan efek yang ditimbulkan kepada pelajar terhadap apa-apa yang ditayangkannya, contohnya televisi, tayangan televisi sebagian besar stasiun televisi menampilkan tayangan-tayangan yang kurang mendidik untuk pelajar, bisa dilihat tayangan-tayangan yang berbau hiburanlah yang mendominasi ditelevisi saat ini. Sangatlah diharapkan stasiun-stasiun televisi untuk menayangkan hal-hal yang mendidik yang berbau dengan pelajarannya di sekolah.











Selengkapnya...

URGENSI PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI RIAU 2020 MELALUI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA



A. Memberdayakan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi Riau
1. Sumber daya alam
Provinsi Riau merupakan wilayah yang sangat baik untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menghasilkan pangan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Riau sendiri. Ada banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam untuk menghasilkan bahan pangan. Berikut pemanfaatan sumber daya alam untuk di jadikan sumber pangan:
1. Pertanian
2. Perkebunan
3. Perikanan
4. Peternakan

a. Petanian
Pertanian dalam arti sempit adalah kegiatan bercocok tanam sehingga menghasilkan bahan pangan. Kegiatan bercocok tanam dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, sebagai berikut :
i) Sawah
Sawah adalah sistem pertanian lahan basah yang menggunakan perlakuan dengan mengairi lahan. Pengairan sawah dapat dilakukan dengan irigasi atau tadah hujan.
ii) Ladang
Ladang merupakan sistem pertanian pada lahan kering yang sering disebut juga “huma”. Sistem pertanian ini berpindah-pindah yaitu melakukan pembukaan hutan dengan cara pembakaran lahan yang telah terbuka ditanami padi dan jenis-jenis palawija. Sistem ini berakibat pada kerusakan hutan, tanah longsor, dan banjir.

iii) Tegalan
Tegalan merupakan sistem pertanian lahan kering yang sudah menetap. Jenis tanaman yang ditanam pada lahan ini diantaranya palawija dan padi gogo.
Hasil produksi pertanian di Indonesia diantaranya padi, jagung, ubi kayu, sagu, kacang kedele, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Usaha Peningkatan Hasil Produksi Pertanian:
I. Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana diantaranya pemakaian pupuk pada tanah yang kurang subur, pengolahan tanah, bibit unggul, pengairan dan pemberantasan hama penyakit tanaman.
II. Ekstensifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru, misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut. Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.
III. Diversifikasi Pertanian Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu 1. Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi lading. 2. Mekanisasi Pertanian Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian modern.

IV. Rehabilitasi Pertanian Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif.

b. Perkebunan
Perkebunan adalah bentuk dari pertanian yang menanam jenis tanaman perdagangan untuk keperluan industri. Jenis tanamannya, antara lain tebu, tembakau, teh, cengkeh, karet, kopi, coklat, dan kelapa sawit.
c. Perikanan
Perikanan adalah segala usaha pembudidayaan ikan. Kegiatan pembudidayaan ikan di antaranya meliputi pemijahan benih ikan, penaburan benih, memelihara ikan, menangkap ikan, dan pengolahan ikan.
Perikanan dapat dibagi sebagai berikut.
1) Perikanan Darat/Air Tawar
Perikanan air tawar adalah pembudidayaan jenis ikan air tawar yang meliputi ikan mas, gurami, mujahir, tawes, lele, dan nila. Kegiatan ini dilakukan dengan cara: a) pembuatan kolam, dan b) pembuatan karamba (keranjang kotak dari bambu yang diletakkan di sungai atau waduk/danau).
2) Perikanan Air Payau
Usaha perikanan dengan membuat tambak atau sebagai tempat budi daya ikan yang berada di wilayah pantai karena sumber air tambak berasal dari air sungai dan laut. Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain adalah bandeng dan udang.


3) Perikanan Laut
Usaha perikanan dengan menangkap ikan di laut. Usaha perikanan ini bersifat eksploratif sehingga memerlukan banyak peralatan, di antaranya perahu/kapal serta alat-alat penangkapan ikan yang lain.

d. Peternakan
Peternakan adalah usaha pembudidayaan hewan ternak tertentu dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hidup mausia, jenis peternakan yang diusahakan di Riau :
1. Peternakan hewan besar, meliputi hewan ternak sapi, kerbau, dan kuda.
2. Peternakan hewan kecil, hewan yang dibudidayakan antara lain kambing, domba, babi.
3. Peternakan unggas, hewan yang dibudidayakan adalah binatang-binatang jenis unggas seperti ayam, itik, burung.

2. Sumber daya manusia
Memberdayakan sumber daya manusia untuk menghasilkan pangan yang bisa masyarakat produksi untuk kesediaan pangan di Provinsi Riau 2020. Salah satunya ialah dengan membina masyarakat dalam bidang pertanian. Pembangunan masyarakat pertanian diartikan sebagai pembangunan pertanian yang memihak petani. Dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai perangkat material dan non-material, terutama keberanian untuk memihak.
Dalam rangka pemberdayaan petani (farmer development), kunci pertama dan utama adalah ‘percaya kepada petani.’ Dengan demikian peran petani dalam pembangunan masyarakat adalah krusial dalam pengertian sebagai penentu keberhasilan pembangunan yang sangat berperan aktif dalam seluruh aspek kegiatannya.
Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi termasuk kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian yang berdimensi masyarakat harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat berakhir di petani dan berawal dari petani.
Oleh karena itu komponen pemberdayaan petani menjadi sangat mutlak, yaitu sebagai upaya strategis dan sistematis yang pada hakekatnya merupakan pendidikan nonformal bagi pembangunan perilaku petani dan keluarganya termasuk kelembagaannya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat memahami dan memiliki kemampuan dan kesempatan dalam mengelola usaha tani (pertanian sebagai usaha dan industri) dan mampu berswadaya sehingga dapat memberikan keuntungan yang memuaskan hidupnya.
Peran penyuluh pertanian dalam pembangunan masyarakat pertanian sangatlah diperlukan. Dalam arti bahwa peran penyuluh pertanian tersebut bersifat ‘back to basic’, yaitu penyuluh pertanian yang mempunyai peran sebagai konsultan pemandu, fasilitator dan mediator bagi petani. Dalam perspektif jangka panjang para penyuluh pertanian tidak lagi merupakan aparatur pemerintah, akan tetapi menjadi milik petani dan lembaganya. Untuk itu maka secara gradual dibutuhkan pengembangan peran dan posisi penyuluh pertanian yang antara lain mencakup: penyedia jasa pendidikan (konsultan) termasuk di dalamnya konsultan agribisnis, mediator pedesaan, pemberdaya dan pembela petani, petugas profesional dan mempunyai keahlian spesifik.
Pembangunan masyarakat pertanian di Indonesia ditandai dengan adanya reformasi dalam pembangunan pertanian. Inti dari perubahan tersebut adalah upaya untuk menciptakan pertanian sebagai basis pertumbuhan dan perekonomian nasional serta peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa mandiri masyarakat.
Jika selama ini peran petani terlalu diabaikan dalam pembangunan nasional maka mulai saat ini peran pertanian dalam pembangunan nasional akan semakin terfokus pada: (1) sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk sebagai sumber penerimaan devisa; (2) sebagai penyedia pangan dan papan; (3) sebagai penyedia bahan baku industri; (4) sebagai penciptaan kesempatan dan perluasan lapangan kerja; (5) sebagai pemicu pemerataan pembangunan nasional, dan (6) sebagai faktor pendukung stabilitas nasional. Peran pertanian yang unik tersebut memerlukan pendekatan khusus dalam merumuskan kebijakannya. Untuk mengoptimalkan peran tersebut diperlukan transformasi pembangunan pertanian ke arah agrobisnis dan agroindustri, sehingga sektor pertanian dapat menjadi sektor unggulan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi nasional. Mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki khususnya sumber daya manusia, diperlukan skala prioritas dalam pengembangan agroindustri. Pada tahap awal agroindustri yang dikembangkan adalah agroindustri unggulan dengan kriteria sebagai berikut: (1) nilai dan peluang ekspor atau nilai substitusi impor tinggi; (2) daya saing dan nilai tambah produk tinggi serta dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan teknologi; (3) memiliki keunggulan komparatif yang dapat dikembangkan melalui pemanfaatan, pengembangan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk dapat menciptakan petani yang mampu melaksanakan agroindustri unggulan tersebut maka kelembagaan yang ada di tingkat petani perlu dibenahi. Reformasi kelembagaan pertanian untuk mewujudkan sistem pertanian dengan agrobisnis dan agroindustri yang berdaya saing tinggi memerlukan organisasi lembaga pertanian yang mampu mengemban visi dan misi pembangunan pertanian, mampu mengantisipasi tantangan pembangunan pertanian, mampu memanfaatkan peluang dan secara konsisten mampu mendinamisasikan seluruh pelaku pertanian dalam melaksanakan strategi dan kebijakan pembangunan pertanian, serta mampu menjadi dinamisator dan katalisator bagi masyarakat dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan hal tersebut, kelembagaan masyarakat pertanian disusun dalam unit-unit yang secara struktural dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) pengembangan dan pembinaan sarana produksi pertanian (pengairan, peralatan dan mesin pertanian, pupuk, dan lain sebagainya); (2) pengembangan dan pembinaan dalam mengembangkan budidaya pertanian yang berwawasan agrobisnis; (3) pengembangan dan pembinaan dalam pengolahan hasil pertanian yang berwawasan agroindustri; (4) pengembangan dan pembinaan dalam mengembangkan sistem perdagangan pertanian yang berwawasan internasional; (5) pengembangan dan pembinaan untuk meningkatkan kualitas SDM dan iptek; dan (6) pengembangan dan pembinaan dalam meningkatkan kesejahteraan pelaku pertanian dan peran pertanian dalam ekonomi nasional.
Meskipun secara normatif pembangunan masyarakat pertanian di Riau disusun secara ideal, namun pada kenyataannya berbagai program dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belum mencapai suatu hasil yang maksimal. Kesejahteraan petani dan pendapatan usaha tani masih sangat rendah. Satu hal yang perlu dicermati dalam pembangunan masyarakat pertanian di Riau adalah peranan penyuluh pertanian. Dalam kesehariannya, petani lebih banyak menunggu anjuran, arahan, dan bahkan instruksi yang dilakukan para penyuluh pertanian yang sehari-hari berada di lapangan.

B. Langah-langkah yang harus dilakukan dalam mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Riau
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau pada tahun 2011 berdasarkan dana yang dianggarkan sementara mendapatkan alokasi anggaran sebesar 12,389 Milyar atau 60 % dibanding dengan tahun 2010 yaitu Rp. 7,435 Milyar, selain itu Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau tahun 2011 akan mengelola sebanyak 5 satker terdiri dari 1 satker Provinsi dan 4 satker kabupaten/kota yaitu Pelalawan, Indragiri Hulu, Bengkalis dan Rokan Hulu.
Kenaikan anggaran tersebut disebabkan untuk mendukung 4 target utama kementerian Pertanian 2010 -2014, dimana 2 (dua) target utama yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan pangan, yaitu: Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Peningkatan Kesejahteraan Petani. Peningkatan Diversifikasi Pangan berkaitan dengan Rencana Aksi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Penanganan Keamanan Pangan Segar; sedangkan Peningkatan Kesejahteraan Petani berkaitan dengan Rencana Aksi Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat, dan Pemberdayaan Desa P2KP.
Program Riau Pangan Makmur (RPM), khususnya dibidang tanaman pangan agar tercapainya swasembada beras tahun 2013 mendatang di Rohul. Rohul akan fokus dan kosentrasi pada RPM, khususnya dibidang tanaman pangan, apalagi Rohul masih devisit beras sehingga dirahapkan tahun 2013 Rohul sudah swasembada pangan.
Program Special Program for Food Security (SPFS) adalah Program khusus ketahanan pangan yang diselenggarakan oleh FAO. Di Indonesia program ini mulai tahun 2002 yang meliputi Provinsi Riau (Rokan Hulu), Sulawesi Selatan, NTB, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat. Pada tahun 2006 program SPFS di Riau diperluas meliputi Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, dan Pelalawan yang kegiatannya terfokus pada on farm. Pada tahun 2009 giliran Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis, dan Kota Dumai mendapatkan program ini. Kegiatan difokuskan pada agribisnis pertanian karena dianggap lebih menguntungkan dari pada kegiatan on farm.
Melalui program ini kelompok tani akan mendapatkan bantuan mesin pengolahan ubi kayu menjadi tepung yang meliputi mesin penyawut, pengering, penepung, dan pengemas atau pengepres. Mesin–mesin tersebut saat ini dalam proses pemesanan di Balai Besar Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Departemen Pertanian. Diharapkan tepung ubi kayu dapat sebagai pensubstitusi tepung terigu yang selama ini masih impor.
Program SPFS memiliki 6 fokus yaitu partisipatif, bottom up, perencanaan matang, berkelanjutan, terkawal, dan dinamis dengan pembinaan secara terus menerus.
Selengkapnya...